Jangan Sakiti Aku


Hello, ini hari ketiga aku ikut challenge 30 Days Writing for Healing yang diselenggarakan oleh akun instagram @healyourself.id pada bulan ramadhan 2020.  Ramadhan tahun ini sungguh sangat berat, banyak ujian yang menerpa diriku. Aku mengundurkan diri dari perusahaan tempatku bekerja karena merasa burnout di bulan Januari 2020, triggernya adalah HRD yang tidak menghargai izinku untuk kuliah dan sakit. Saat itu posisi aku sedang bimbingan dengan dosen, dan mengalami kecelakaan pada saat naik ojek online. HRD tidak ada perhatian dan membuat seolah-olah aku hanya beralasan agar tidak masuk kerja. Cukup memuakkan, karena selama aku bekerja aku kurang adanya apresiasi dari rekan kerja, padahal aku sudah memberikan loyalitas dan hasil kerja yang semaksimal mungkin dalam 5tahun terakhir. Tapi semuanya sia-sia, aku hanya merusak jiwaku dan pikiranku yang seolah semuanya baik-baik saja. Aku ingin menyembuhkan diri dari luka dan memulihkan diriku agar kembali bersemangat untuk menghargai diriku sendiri. Setelah sekian lama aku merasakan krisis identitas, karena tidak tahu aku ada dimana saat bekerja. Apakah aku salah dalam bekerja, ataukah aku sudah tidak dibutuhkan dalam pekerjaan. Aku tidak tahu, semua orang seolah tidak menyukai keberadaanku. Aku hanya ingin menjadi diriku yang berharga, aku ingin jiwaku lebih sehat itu saja.



Bulan Februari aku mulai menata diri dan hati setelah sekian lama tersakiti dan memendam perasaan yang sungguh makin menyesakkan dalam 2 tahun terakhir. Februari aku banyak mempelajari hal-hal baru untuk menenangkan diriku, dan pada awal bulan Maret aku mendapat rekomendasi dari suamiku untuk mengikuti diklat keterampilan kerja sebagai background artist dari kemenperin selama 10 hari di Semarang. Diklat dimulai pada tanggal 9-19 Maret 2020. Aku senang dan sekalian mengunjungi
keluargaku di Semarang. Aku berangkat dan sampai di Semarang tanggal 8 Maret, sehari sebelum diklat dimulai. Orangtuaku sedang berada di Semarang dan setelah diklat 10 hari selesai, mereka mengkhawatirkan kondisiku untuk pulang kembali ke Jakarta. Aku sempat menetap beberapa hari di Semarang dan akhirnya memutuskan kembali ke Jakarta karena takut Jakarta Lockdown karena covid19 dan meninggalkan suamiku sendiri di rumah. Akhirnya aku pulang dan meninggalkan orangtuaku di Semarang pada 24 Maret 2020. Sungguh tiada menyangka bahwa itu adalah moment terakhir aku bertemu dengan Bapakku.


13 April 2020 pukul 23.15, Bapakku berpulang ke Rahmatullah. Aku tidak menyangka bapak meninggal pada malam itu. Tangisku pecah dan tidak bisa tidur semalaman, aku mencari tiket untuk pulang bersama suamiku ke Semarang. Aku tiba di Semarang keesokan harinya tanggal 14 April 2020 pukul 11 siang, setelah melakukan proses pemeriksaan kesehatan dari pihak RT dan melakukan sterilisasi dengan cara mandi dan mengganti baju. Akhirnya aku diperkenankan masuk ke kampung dan melihat jenazah Bapak. Sampai saat ini aku merasakan kesedihan dan penyesalan, karena meninggalkan orangtuaku di Semarang. Aku  hanya bisa berserah diri kepada takdir yang telah Allah tetapkan. Hanya kepadaNya lah kita semua berpulang. Cukup dengan kalimat itulah yang membuatku tabah dan kuat menjalani kehidupan ini semua, sudah diatur oleh Allah Subhanahu wata'ala.


Awal tahun 2020 sampai sekarang adalah waktu yang sangat berat bagiku, sebesar apapun yang manusia atau lingkungan sekitar hendak menyakiti dan mengecewakanku. Hanya Allah lah sebaik-baik tempatku berlindung dan memanjatkan doa. Tolong jangan sakiti aku, karena aku hanyalah hamba Allah dan padaNya lah aku berserah diri memohon ampunan dan pertolongan.

Komentar