Tumbuh dari Luka

Tumbuh dari luka, cukup bisa menggambarkan keadaanku sebagai manusia biasa. Hal terbodoh yang pernah aku rasakan adalah perasaan rendah diri karena terlahir dari keluarga yang kurang berada. Menjadikanku rendah diri untuk bergaul dengan teman-teman SD yang berasal dari orang-orang kaya.





Orangtuaku adalah pedagang warung nasi di dekat rumah, mereka berjualan sejak aku masih SMP. Setiap pagi aku harus membantu ibuku di dapur untuk menyiapkan masakan dagangannya, mungkin karena inilah yang bisa membuatku tau bumbu dan rasa masakan. Thanks buuu :) Setelah pulang sekolah, aku membantu mereka untuk  membuatkan es para pembeli di warung, setelah sampai di rumah pun aku masih harus  jualan es dan snack-snack untuk para tetanggaku. Pada malam hari, ritual yang ada di rumah adalah menyiangi bumbu dan sayuran selain itu tugas utamaku adalah menghaluskan bumbu memakai lumpang dan cobek. Kegiatan membantu orangtuaku ini berlangsung sampai saat aku bekerja dan masih di semarang. Selain banyaknya pekerjaan di rumah, aku kurang mendapatkan cukup perhatian karena orangtuaku selalu beradu argumen dan bertengkar. Puncak kemarahan dan emosiku kepada keluarga dimulai saat kelulusan SMP, aku mendapatkan nilai ujian yang membanggakan di kelas, namun ibuku yang mengambil ijazah sepertinya kurang bangga akan prestasiku dan aku merasa direndahkan di depan orangtua teman-temanku, mungkin maksud ibuku adalah biar aku tidak sombong dan takabur, yaah namanya anak tengah tuh butuh pengakuan kali ya dengan cukup dibilang well done eva, ayo semangat aja mungkin aku sudah senang waktu itu.

Kekecewaanku berlangsung lama, sampai saat aku mau mencari sekolah setelah lulus. Orangtua menyuruhku untuk bersekolah di SMA terdekat dari rumah saja, aku menyadari keadaanku yang dari keluarga kurang mampu ini sehingga aku harus siap kerja setelah lulus SMK nanti. Akhirnya aku dan teman-temanku mencari sekolah kejuruan negeri bersama-sama tanpa adanya intervensi dari orangtua dan alhamdulillahnya kami semua diterima di sekolahan tersebut. Saat SMK, aku mendapatkan pertolongan dari temanku Kholifah Surya Nintan dalam membayar uang gedung. Oliph  adalah teman baikku saat itu, Oliph mengajarkanku menjadi orang yang sederhana walaupun mampu, aku bersyukur mengenal Oliph sebagai temanku. Kehidupan di sekolah menjadi tempatku berlari dari keadaan di rumah, dimana orangtuaku sering tidak akur. Jadi ketika sampai rumah aku berubah menjadi pribadi yang murung dan pemarah. Penyesalanku yang lainnya adalah aku memaksa orangtuaku untuk membelikanku komputer pribadi, karena aku udah cape untuk membuat aplikasi melalui warnet dan harus malam-malam untuk mengerjakan tugasnya setelah selesai membantu pekerjaan di rumah tanpa merasa bersalah. Saat kelas 2 SMK, aku benci saat aku tidak bisa membalas kebaikannya Oliph, aku takut keberadaanku dan keluargaku menyusahkan Oliph dan keluarganya, membuatku menjaga jarak dengannya. Setelah sering marah-marah dan akhirnya di penghujung akhir tahunku di smk, kakakku membelikanku laptop i3 keluaran terbaru merk axioo, aku sukaaa sekali. Lalu akhirnya, aku lulus dengan nilai matematika yang sempurna. Sehingga sekolahan memberiku hadiah sejumlah uang yang cukup untuk membayar taxi saat wisuda smk. Alhamdulillah..

Selain Oliph, aku juga berteman dekat dengan teman-temanku yang dulu pernah 1 SMP dan kemudian berkembang dan membuat kita teman dekat dan teman seperjuangan. Mereka adalah Siti, Silvi dan Ofa. Kami berempat selalu bersama dan saling bantu saat ujian SMK, Sampai saat ini sejauh dan selama apapun kami hilang kabar, ketika menyapa untuk pertama kalinya semua jarak dan waktu itu langsung mencair dan hangat kembali. Selain mereka bertiga, aku merasa dekat dengan temanku Iswah, Kesti dan Ichag. Setelah kelulusan, aku ga pernah mau untuk melupakan hubunganku dengan mereka dan masih menjaga kabar dan keakraban walaupun tidak bisa memantau setiap harinya.

Setelah selesai ujian nasional dan sekolah, aku dan temanku Siti mencari pekerjaan dan akhirnya kami diterima di perusahaan human resource untuk pengiriman TKI ke perusahaan Western Digital. Sehingga pada saat kelulusan, kami berdua tidak bisa ke sekolahan karena harus bekerja. Tapi kami tidak kecewa, karena kami sudah bekerja dan bisa meringankan beban orangtua yang tidak harus membiayai kami lagi. Di perusahaan ini aku bertahan hanya 4 bulan sebagai asisten admin finance, setelah itu aku menjadi sales kredit Spectra yang tempat bekerjanya di Mall-Mall. Sepertinya ini bukan duniaku deh hehe, jadi aku memutuskan keluar dan kakakku menyuruhku untuk melamar menjadi SPG Unilever Pure IT, dan akhirnya diterimalah aku menjadi SPG. Saat 5 bulan menjadi SPG, aku melihat ada lowongan pekerjaan dari alumni SMK sebagai asisten web desain di perusahaan singapura yang ada di Semarang. Aku mencoba kesempatan itu dan alhamdulillah aku diterima sebagai asisten desainer di DV9 International Pte.Ltd. Setelah hampir 1 tahun bekerja, aku merasa jenuh dan cape ngoding dan desain interface. Akhirnya aku resign dari perusahaan ini dan mencoba banyak pekerjaan lainnya seperti penjaga toko alat tulis yang cuma tahan 1 hari, lalu menjadi beautician buat mijat2 muka customer dan jaga toko kosmetik. Ga lama, aku jenuh dengan hasil yang tidak seberapa ini. Akhirnya ada di tahun 2014(dua tahun sejak kelulusan smk) trigger yang membuatku memutuskan untuk hijrah ke Jakarta adalah karena adanya kesempatan untuk bekerja di luar kota, tanpa pikir panjang aku minta restu orangtua dan kakakku sambil memaksa mereka hehe.. Here i am, struggling di ibukota sampai sekarang :)

Bismillah, semoga dengan adanya luka-luka masa lalu itu membuatku menjadi pribadi yang lebih baik dan membanggakan disini..

Komentar